basecamp

Semakin Murahnya Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Angka-angka dari Bloomberg New Energy Finance menunjukkan bahwa di Australia, biaya pembangunan pembangkit listrik tenaga (PLT) angin lebih murah dibandingkan PLT batubara. Biaya yang dihabiskan untuk membangun PLT angin hanya sekitar A$80 (sekitar Rp790 ribu) hingga A$113 (sekitar Rp1,115 juta) per megawatt-jam. Bandingkan dengan pembangunan PLT batubara dapat menghabiskan biaya hingga A$176/MWh (sekitar Rp1,7 juta).

Kini angin menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang kompetitif, setelah harga energi surya terus mengalami penurunan antara tahun 2008 hingga 2011. Kondisi pada panel surya disebabkan oleh skala ekonomi. Saat pabrik-pabrik di Cina membuat panel surya dengan kuantitas yang banyak, maka harganya menjadi lebih murah.


Lain ceritanya dengan angin. “Untuk angin, ini lebih pada masalah teknologi,” ujar Guy Turner dari Bloomberg New Energy Finance. Desain yang lebih baik, termasuk baling-baling yang lebih panjang dan turbin yang lebih tinggi, membuat efisiensi meningkat.

Desain dari “lahan” angin juga mengalami peningkatan. Angin biasanya menjadi turbulensi di bagian bawah turbin, yang membuatnya kurang efisien. Jadi, saat ini perusahaan menggunakan fluid dynamics modelling untuk mengatur turbin. Suatu temuan analisis terbaru menunjukkan desain ini membuat kecepatan angin bertambah, dan turbulensi juga berkurang.

Biaya membuat PLT angin dan batubara berbeda di masing-masing negara. Di Cina, membuat PLT batubara relatif tetap murah, namun di Brazil justru biaya pembanguan PLT angin yang lebih murah dibandingkan PLT batubara. Perlu diketahui, berdasarkan Global Wind Energy Council di Brussels, Belgia, jumlah kapasitas PLT angin yang dipasang di seluruh dunia meningkat 19 persen pada tahun lalu.

PLT angin nampaknya menjadi investasi jangka panjang yang lebih aman. “Investor takut untuk membangun PLT batubara,” ujar Turner. Hal ini disebabkan energi fosil menghadapi masa depan yang tidak pasti, ditambah lagi dengan banyaknya negara yang berupaya mengurangi efek rumah kaca yang dihasilkan dari gas buang energi fosil. 


©[FHI/NewScientist]
Share on Google Plus

About Unknown

Petualang muda yang suka apa saja kecuali belajar berhitung, jatuh cinta dunia Petualangan dan Alam Indonesia. Juga seorang pengagum pohon Bambu dan bunga Dandelion.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: