DR. Efransjah menjelaskan posisi WWF-Indonesia dalam kegiatan konservasi hayati yang berbasis penelitian © WWF-Indonesia/Wishnu SUKMANTORO |
Jakarta, 14 Januari 2013. Untuk mendukung upaya konservasi gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) WWF-Indonesia menggunakan berbagai macam metoda penelitian, salah satunya melalui penelitian DNA berdasarkan sampel fekal (kotoran) gajah.
Dengan teknik tanpa menyakiti (non-invasive) ini, dapat diperkirakan jumlah populasi, dipetakan sebaran, dan diketahui kekerabatan serta aspek ekologi lainnya. Terkait dengan penelitian tersebut, hari ini WWF-Indonesia menandatangani nota kesepahaman untuk bekerja sama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, sebuah lembaga di bawah Kementrian Riset dan Teknologi, di Jakarta.
CEO/Executive Director WWF-Indonesia, DR. Efransjah, mengatakan, ”Sebagai organisasi konservasi berbasis sains, WWF akan selalu mencoba terobosan-terobosan baru bersama lembaga-lembaga yang mempunyai kompetensi tinggi dalam berbagai bidang ilmu terkait. Pengelolaan gajah dan habitatnya memerlukan informasi yang akurat, antara lain mengenai status populasi dan sebaran gajah.” Efransjah juga mengatakan bahwa estimasi populasi dengan teknik ini akan menjadi dasar (baseline) pemantauan gajah di Taman Nasional Tesso Nilo yang sangat diperlukan dalam menentukan intervensi dan pengelolaan serta memastikan kelestarian satwa tersebut.
Awal 2012 lalu, lembaga konservasi dunia, IUCN, menetapkan status gajah Sumatera dalam kondisi kritis (critically endangered). Dalam kurun waktu 25 tahun, populasi gajah Sumatera di Riau menurun tajam dari 1.300 individu pada 1984 menjadi hanya sekitar 300-330 individu di 2009 (data WWF-Indonesia & BKSDA Riau). Perburuan serta konversi lahan besar-besaran merupakan ancaman serius bagi populasi gajah Sumatera, khususnya di Tesso Nilo.
Penelitian gajah Sumatera berbasis DNA di Tesso Nilo ini juga mendapat dukungan dari Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Kementrian Kehutanan, serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Pengelolaan dan penyelamatan gajah di Taman Nasional Tesso Nilo sangat membutuhkan informasi terkini yang dihasilkan dari riset yang baik,” ujar Kuppin Simbolon, Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo. Kuppin Simbolon menambahkan, “Bekerja sama dengan WWF-Indonesia dan mitra lain, kami langsung menindaklanjuti beberapa temuan dan rekomendasi dari tim survei lapangan.”
Profesor Sangkot Marzuki AM, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan, “Lembaga Eijkman mendukung penelitian ini dengan mengirimkan ahlinya untuk memberikan pelatihan teknik pengambilan sampel di lapangan serta memastikan penggunaan alat dan bahan yang memadai. Selanjutnya, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman juga akan melakukan ekstraksi, amplifikasi, dan analisa DNA dari sampel yang telah terkumpul. Selain mengetahui sebaran dan populasi gajah di Tesso Nilo, studi ini diharapkan dapat mengungkapkan keanekaragaman genetika gajah Sumatera di Tesso Nilo serta hubungan kekerabatan antar individu maupun antar kelompok gajah,” lanjutnya.
Momen penandatanganan Nota Kesepahaman oleh CEO WWF-Indonesia dan Direktur Lembaga Eijkman © WWF-Indonesia/Wishnu SUKMANTORO
Meskipun kondisi gajah Sumatera saat ini dalam kondisi yang kritis, pelestarian makhluk hidup purba yang telah menghuni bumi lebih lama dari manusia itu masih memiliki harapan.
“Jika berbagai pihak turut mendukung berbagai upaya konservasi yang dilakukan, pelestarian gajah Sumatera belum terlambat untuk dilakukan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian gajah yang kini sedang terancam akibat degradasi lingkungan yang terjadi, khususnya di Sumatera. Ekosistem yang sehat, pada akhirnya bukan hanya berdampak positif bagi gajah, tetapi juga bagi manusia,” tutup Efransjah.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:
Sunarto, Ph.D
Tiger & Elephant Specialist WWF-Indonesia
Email: sunarto@wwf.or.id
Prof. dr. Herawati Sudoyo, Ph.D
Deputi Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman
Email: herawati@eijkman.go.id
Tentang WWF-Indonesia
WWF-Indonesia adalah salah satu organisasi konservasi independen yang didukung oleh 5 juta suporter di seluruh dunia dan jaringan kerja di lebih dari 100 negara. Misi WWF adalah menghentikan degradasi lingkungan alam di bumi dan membangun masa depan di mana manusia dapat hidup berdampingan dengan harmonis bersama alam dengan melestarikan keanekaragaman hayati dunia dan memastikan penggunaan sumberdaya alam terbarukan secara berkelanjutan dan mempromosikan pengurangan polusi dan konsumsi yang berlebihan. Pada 2012, WWF merayakan 50 tahun kerja konservasi di Indonesia. Untuk info lebih lanjut, kunjungi www.wwf.or.id.
Tentang Lembaga Biologi Molekuler Eijkman
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman merupakan satu dari lembaga penelitian biologi molekuler terkemuka di Indonesia di bawah naungan Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Misi utama dari Lembaga Eijkman adalah untuk memajukan pengetahuan dasar dalam bidang biologi dan sel molekuler serta menerapkan pengetahuan untuk memberikan pengertian, pencegahan, dan pengobatan penyakit manusia.
0 komentar:
Post a Comment