basecamp

Pertama di Indonesia Taman Laut Kima Raksasa, Toli Toli


Sebuah lahan konservasi kerang raksasa di Sulawesi Tenggara dikembangkan di desa Toli-toli dalam bentuk taman laut. Kegiatan pembuatan taman laut ini dilakukan atas kepedulian sekelompok aktivis lokal terhadap kelangsungan hidup biota laut, terutama kerang raksasa (Tridacna), yang dimulai pada bulan Oktober 2009. 

Tim kecil peduli lingkungan yang dipimpin oleh Habib Nadjar ini tanpa banyak pertimbangan segera mewujudkan ide konservasi tersebut. Dengan menggunakan biaya pribadi dan beberapa sumbangan dari teman dan keluarga, aktifitas konservasi pun dimulai dari survey, penyelaman, transfer biota, penetapan lokasi pemukiman dan pemeliharaan dilakukan meski dengan  dukungan peralatan yang seadanya.

Siang dan malam tim kecil ini menyusuri perairan untuk mencari daerah yang sebelumnya merupakan habitat alami berbagai biota laut, dimulai dengan mengumpulkan berbagai spesis terutama kerang. Demikian juga dengan tanaman laut, terumbu karang dan berbagai hewan laut seperti bintang laut spesis, teripang, ikan hias, lobster dan biota laut lainnya.

Biota laut dikumpulkan dari beberapa pulau yang dekat dari desa dan beberapa pulau lain di sekitarnya. Survei penentuan lokasi taman laut dimulai dari tebing laut di Gong Batu sampai Semenanjung Toronipa. Lokasi utama adalah di Ni’i – Desa Tanasa, desa Toli-Toli dan wilayah perairan di sekitarnya karena di wilayah ini dikenal memiliki gunung laut (rab) dekat dengan pantai.

Jumat, 1 Januari 2010, untuk pertama kalinya 5 jenis kima raksasa mulai ditempatkan di taman laut dan berkembang sampai saat ini telah dikumpulkan dan diawetkan sebanyak 8.150 jenis kima raksasa dari berbagai spesies, terdapat 73 kima raksasa yang memiliki ukuran lebih dari 75 cm. Semua biota laut yang ditempatkan secara terorganisir dan dipelihara alami di daerah tebing dan gunung laut (rab) sepanjang empat kilometer di empat desa, yaitu Desa Rapambinopaka, Nii – Desa Tanasa, Desa Toli-toli dan Desa Wawobungi dengan pusat konsentrasi di gunung laut lima (rab) di Nii – Desa Tanasa dan Desa Toli-Toli.

Di Indonesia dikenal beberapa kerang raksasa besar dengan ukuran 1,8 meter yakni di wilayah Teluk Cendrawasih, Papua dan kerang raksasa berukuran sekitar 2 meter berada di Wakatobi Marine Park, juga masih provinsi Sulawesi Tenggara. Kerang raksasa dengan ukuran 1,5 meter juga berada di Taman Laut Bunaken, Manado, Sulawesi Utara. Semua kerang raksasa ini berada di Indonesia Timur.

Jika kegiatan konservasi terlaksana dengan baik, maka taman laut ini akan menjadi yang taman laut kerang pertama di Indonesia yang terintegrasi dengan berbagai biota laut lainnya. Konservasi kima, bukan hanya untuk menyelamatkan biota laut kima agar selamat dari kepunahan, akan tetapi dari berbagai fungsi vitalnya dalam kehidupan ekosistim dilautan, kima adalah penyelamat alami. 

Kima adalah pembersih air laut. Dari sistim filter yang dimilikinya, maka setiap 1 ekor kima mampu membersihkan berton-ton air laut setiap hari sehingga air laut menjadi bersih dan sehat. Dari hasil pemfilterannya tersebut kemudian menjadi penolong utama untuk pertumbuhan biota laut utamanya terumbu karang dan ikan.

Selain itu, puluhan hingga ratusan juta sel telur yang dihasilkan kima dewasa bisa menjadi sumber makanan melimpah untuk ikan sehingga kima juga berfungsi sebagai “pabrik makanan gratis” di lautan. Apabila kima ditempatkan di sebuah kawasan dasar laut, maka kawasan tersebut akan menjadi tempat berkumpulnya aneka jenis ikan, karena ikan-ikan itu berkumpul untuk memburu makanan. 

Dengan demikian, pada saat yang bersamaan, ketika telur-telur kima telah habis, maka berbagai jenis ikan, utamanya ikan karang yang berada di kawasan tersebut akan mencari makanan lain dan menyantap alga merugikan yang melekat pada terumbu karang. Dengan begitu, maka terumbu karang pun akan menjadi lebih sehat dan pertumbuhannya akan lebih maksimal karena dapat terbebas dari alga yang merugikan.

Cangkang kima juga menjadi media bagi tumbuhnya aneka karang, baik karang lembut maupun karang yang keras. Sehingga, kima dapat menjadi rehabilator untuk sebuah kawasan dasar laut, utamanya kawasan dasar laut yang telah rusak. Dan jika ditambahkan dengan keindahan warna daging kima, maka kawasan yang tadinya rusak dan buram, jika ditempatkan kima, maka kawasan tersebut akan menjadi hidup dan indah. Potensi ini akan menjadi obyek penyelaman dan penelitian.

Tim kecil yang dipimpin Habib berharap, taman laut Kima Toli-toli ini bisa menjadi tempat alami yang bisa menjadi obyek wisata untuk menyelam, Pusat Konservasi berbagai biota laut, serta menjadi tempat pendidikan dan penelitian yang layak. Keberadaan taman laut ini juga berdampak positif pada peningkatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan khususnya di desa setempat.

Lokasi taman laut Kima Toli-toli ini terletak di jalur pantai pesisir desa berjarak 18 km dari kota Kendari, ibukota provinsi Sulawesi Tenggara. Fasilitas jalan utamanya sebagian besar sudah baik sehingga akses ke tempat ini menjadi lebih mudah dan terjangkau. Jika pada kawasan tersebut penebaran Kima telah merata, maka dipastikan kawasan itu akan kembali menjadi baik dan pada masa yang akan datang, luasan terumbu karang dapat menjadi habitat perkembanganbiakan aneka jenis ikan akan semakin luas dan produksi ikan pun akan semakin banyak.

Sayangnya, hingga saat ini, pemerintah belum menyertakan kima sebagai salah satu unsur utama dalam program rehabilitasi terumbu karang. 

Share on Google Plus

About Unknown

Petualang muda yang suka apa saja kecuali belajar berhitung, jatuh cinta dunia Petualangan dan Alam Indonesia. Juga seorang pengagum pohon Bambu dan bunga Dandelion.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: