Sejak tahun 2012 lalu Greenpeace melakukan investigasi dan mendokumentasikan kerusakan hutan hujan Indonesia yang masih tersisa. Investigasi ini mengarah pada satu perusahaan raksasa dunia yang bertanggung-jawab dalam pengrusakan hutan hujan rumah Harimau Sumatera terakhir.
Perusahaan raksasa minyak sawit Wilmar International adalah salah satu perusahaan yang tersangkut dalam kejahatan hutan ini. Kami memiliki bukti perdagangan yang dilakukan Wilmar berasal dari perusahaan yang kegiatan usahanya meliputi pembukaan ilegal, kebakaran di lahan gambut dan pembukaan habitat harimau.
Minyak kelapa sawit memiliki banyak kegunaan dan manfaat, kami memahami ini. tapi produksi kelapa sawit juga dapat mendatangkan biaya yang tidak bisa diterima. Biaya itu termasuk perusakan hutan dan lahan gambut, hilangnya sumber penghidupan lokal dan mengancam harimau Sumatra, gajah dan orangutan.
Merek-merek terkenal seperti Oreo, Gillette dan Clearasil yang membeli minyak kelapa sawit dari Wilmar harus memahami biaya yang sebenarnya dari produksi minyak kelapa sawit yang tidak bertanggung jawab. Mereka harus memastikan pasokan kelapa sawit mereka menyumbang pembangunan Indonesia, bukan menghancurkan masa depan penduduknya, kehidupan liarnya dan iklim global.
Saat ini hanya sekitar 400 ekor harimau diperkirakan tersisa yang hidup di alam liar di hutan tropis sumatra, dan habitat mereka menyusut dengan cepat oleh pembukaan sawit yang tidak bertanggung-jawab.
Kita tidak harus menghancurkan hutan untuk menanam kelapa sawit, terutama ketika solusi telah tersedia. Kita bisa menjadi bagian dari solusi ini dengan membangun pengertian yang benar tentang pentingnya minyak sawit bersih. Tantangan untuk memutuskan hubungan dengan perusakan sudah dilemparkan pada Wilmar Internasional, kamu mau tahu rincian lengkapnya? Baca dan bagikan laporan Greenpeace: License to Kill.
Salam hutan lestari,
Wirendro Sumargo
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia
0 komentar:
Post a Comment