basecamp

Taman Nasional Tangkoko - Batu Putih

Pintu masuk Taman Nasional Tangkoko.
BITUNG - Taman Nasional Tangkoko di Bitung, di Sulawesi Utara adalah obyek wisata atau cagar alam yang digemari oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Termasuk juga para peneliti. Flora dan fauna di tempat ini sering menjadi objek penelitian dari para akademisi. Daratan di Taman Nasional Tangkoko ini mencakup 3 jenis daratan, daratan rendah yang berupa pantai, daratan tinggi yang berupa pegunungan yang keduanya digabungkan dengan hutan yang masih cukup liar berupa hutan konservasi.

Keunikan fauna disini adalah Tarsius, hewan yang sangat melekat dengan provinsi Sulawesi Utara. Hewan yang terancam punah ini merupakan hewan yang dilindungi dan memiliki maksud untuk dikembang biakan di taman nasional ini.

Tarsius.
Tarsius merupakan primata terkecil di dunia, hewan ini hanya ditemukan di Filipina dan Indonesia, tepatnya Sulawesi Selatan. Mereka memiliki tubuh yang sangat mungil, panjangnya hanya mencapai 15 cm dengan berat hampir 100 gram. 

Bahkan jenis Tarsius terkecil yaitu Tarsius pumilus hanya memiliki tubuh maksimal 10 centimeter dengan beratnya sekitar 50 gram, uniknya mereka memiliki ekor yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya mencapai 20 centimeter, ekornya mirip seperti ekor tikus tidak berbulu. Sedangkan untuk taman nasional ini memiliki 7 jenis Tarsius dari 9 jenis Tarsius yang ada.

Yaki / Macaca Nigra / Kera Hitam endemik Sulawesi.
Selain Tarsius taman nasional ini juga memiliki hewan khas Sulawesi yang lain yaitu Yaki, alias monyet hitam berjambul endemik Sulawesi. Warna bulunya hitam, semua tubuhnya ditumbuhi rambut kecuali muka yang berwarna hitam dan pantat yang lucunya berwarna merah muda. Hewan yang memiliki nama latin Macaca nigra ini juga terancam punah oleh karena itu Taman Nasional Tangkoko juga berniat untuk tetap menjaga habitatnya. 

Yaki di taman ini pernah menjadi topik pembicaraan Internasional karena kejahilannya yang suka ‘mencuri’ benda-benda milik manusia, namun kali ini kamera lah yang diambilnya dari seorang fotografer asing dan dengan asik dan tak sengaja dia mengambil gambarnya sendiri. Hingga fotonya tersebar di beberapa majalah internasional. Dan selain kedua hewan unik yang mendunia ini juga ada puluhan mamalia lain juga ratusan burung yang dirawat disini.

Foto Yaki yang pernah jadi topik Internasional.
Menuju ke Taman Nasional Tangkoko ini cukup jauh dari pusat kota Manado maupun pusat kota Bitung. Untuk dari Bandara Sam Ratulangi, dengan alat transportasi umum kita dapat menggunakan angkutan umun dengan harga Rp 3500 menuju Paal 2. Dari Paal 2 (atau bisa juga dari terminal Karombasan) kita dapat menemukan bus antar kota menuju terminal Tangkoko dengan membayar sekitar Rp 15.000 hingga Rp 20.000, dari situ menggunakan kendaraan umum dan berganti jurusan ke Taman Nasional Tangkoko, bilang aja sama supirnya kalo mau kesana supaya dapat banyak informasi dan jangan lupa bayar Rp 5.000 sampai Rp 10.000 dan akan turun di depan pintu masuk.

Papan Peringatan Pengunjung di Taman Nasional Tangkoko.
Selain transportasi umum, bisa juga menggunakan kendaraan pribadi atau sewaan seharga rata-rata Rp 250.000, namun jika menyewa mungkin sebaiknya anda menggunakan supir yang sudah cukup hafal daerah wisata Sulut terutama jalan menuju Tangkoko, wisata yang akan anda tuju, dari Manado acuan jalannya adalah menuju Bitung, nanti sebelum sampai Bitung akan ada petunjuk jalan menuju Taman Nasional Tangkoko.

Untuk masuk ke taman nasional yang satu ini tiap pengunjung diwajibkan membayar Rp 150.000 untuk menikmatinya. Memang cukup mahal, tetapi tetap disarankan untuk mencoba karena taman wisata ini memiliki suasana hutan khas Sulawesi. Tak hanya itu juga, Gunung berapi dan pantai berpasir hitam juga ada dalam lokasi yang tak berjauhan. Untuk persiapan kesini sebaiknya jangan sampai ‘salah kostum’ karena medan yang akan kita lalui cukup terjal dan masih sangat alami. 


Sumber : WisataSulut
Share on Google Plus

About Unknown

Petualang muda yang suka apa saja kecuali belajar berhitung, jatuh cinta dunia Petualangan dan Alam Indonesia. Juga seorang pengagum pohon Bambu dan bunga Dandelion.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: